"SINGGAH KI DISINI ABSEN BOSS.....!!

"SINGGAH KI DISINI ABSEN BOSS.....!!

SEKRETARIAT ALUMNI UNIKA ATMAJAYA MAKASSAR

SEKRETARIAT ALUMNI UNIKA ATMAJAYA MAKASSAR

Sabtu, 18 Desember 2010

Bagaimana Memenangkan Hatinya?

Bagaimana Memenangkan Hatinya?

Senin, 13 Desember 2010 | 06:47 WIB
SHUTTERSTOCK
Permintaan maaf bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Dengan gaya dan tampilan yang kurang rapi, badan tampak lelah, dan ekspresi wajah lesu terkesan depresi, L (35), seorang dokter yang sedang mengikuti program pendidikan keahlian, datang kepada saya dan berkata: ”Ibu, istri saya menyatakan bahwa ia ingin bebas dalam peran sebagai istri saya (bernama P, 36 tahun).

Saya sangat terkejut dengan pernyataannya untuk kemudian saya mulai menyadari bahwa selama ini saya mengabaikan keinginannya agar meninggalkan kesenangan saya main game komputer. Memang, jika ada kesempatan libur, saya bisa menghabiskan waktu selama 6 jam di depan komputer. Permainan game dalam komputer sangat mengasyikkan diri saya dan dengan main game saya dapat melupakan keadaan penuh tekanan di tempat studi saya.

Beberapa kali memang istri saya mencoba mengingatkan saya agar saya menghentikan hobi saya tersebut demi anak-anak dan dia juga merasa sangat terabaikan manakala saya asyik dengan game tersebut. Pada suatu pagi tiba-tiba saja P mengungkapkan bahwa ia sudah ilfil (hilang rasa cinta dan kasih ) dengan saya dan sama sekali tidak mau melayani saya sebagai istri lagi. Tapi dia masih akan tetap serumah demi anak-anak selama saya belum menyelesaikan sekolah saya.

Hati L benar-benar hancur dan secara berlanjut L merajuk dan memohon agar P mau kembali utuh baik sebagai istri maupun sebagai ibu anak-anak. Saat di sekolah pun L menelepon istrinya agar istrinya mau kembali dan L berjanji akan memerhatikan P dan anak-anak dan tidak akan main game lagi.

L mengirim e-mail berkali-kali, menelepon P beberapa kali dalam sehari, mengirim SMS, memohon P kembali kepadanya. Saat di tempat tidur, L beberapa kali mencoba memeluk P, tapi dengan halus namun tegas P menepis tangan L.

Solusi

Apabila kita merasa terpuruk, depresi, dan hancur, kita seharusnya melakukan apa pun untuk membuat diri kita menjadi lebih nyaman. Jika kita ingin mencurahkan isi hati, carilah teman yang dapat diajak bicara agar merasa sedikit nyaman. Jika tidak menemukan teman curhat, kunjungilah tenaga profesional yang mampu membuat diri menjadi lebih tenang.

Sebab, seperti halnya seorang yang ketergantungan obat-obatan, tampaknya L tidak mampu mengatasi kecenderungannya untuk memohon, meminta maaf, menjanjikan sesuatu perbaikan untuk mendapatkan kembali hati istrinya (P).

Namun, ternyata semakin L memohon, semakin membuat P kesal dan semakin jauhlah kemungkinan P kembali kepadanya. Dapat dipahami apabila mencari teman curhat bagi laki-laki tidak mudah karena lelaki tidak terbiasa curhat.

Namun, jika kemudian L menemukan teman untuk curhat, yang memberikan dukungan moral bagi L, hal itu berarti sesuatu keterampilan baru yang diperolehnya. Dan, setelah L merasa lebih nyaman, L akan dapat berpikir secara lebih strategis untuk kemudian L mampu menulis surat singkat yang diisi oleh ungkapan perasaan yang telah diwarnai oleh pola pikir baru, misalnya contoh di bawah ini:

”P sayang, saya minta maaf telah membuat kamu pusing dengan tuntutan untuk kembali kepada saya. Saya telah menjalani terapi yang membuat diri saya justru memusatkan perhatian kepada diri saya sendiri dan saya memahami, betapa perilaku saya terdahulu membuat dirimu jengkel dan melepaskan diri dari saya. Saya hargai keinginan kamu untuk berpisah, melalui surat ini saya hanya ingin kamu tahu bahwa saya sekarang sudah menjadi lebih baik dan akan mengurus diri saya sendiri.

Saya akan melepaskan kesenangan main game dan lebih menikmati kebersamaan dengan anak-anak, bermain dengan mereka, dan menyelesaikan studi secepat mungkin. Saya mencintai kamu dan menginginkan perkawinan kita baik kembali, untuk itu saya bersedia menantikan waktu untuk bisa membicarakan kembali perkawinan kita. Apabila kamu siap untuk membicarakannya, segeralah beri tahu saya, salam kasih, L.” (Lerner H, PhD)

Perubahan psikis

Saat menuliskan surat tersebut, terjadi proses penguatan diri pada diri L, yang mendukung L untuk membiasakan diri bermain dengan anak-anak, memerhatikan anak-anak, dan akhirnya tanpa disadari L mampu menikmati kebersamaan dengan anak-anak. Perlu diketahui, karena L masih tinggal satu rumah, P pun melihat dengan mata kepala sendiri akan perubahan sikap dan perilaku L. Akhirnya P pun merasakan ketulusan L untuk memberikan kebebasan kepada P dalam mengambil keputusan.

Dalam hal ini, yang terpenting adalah bahwa akhirnya L mampu mengendalikan keterpurukannya dengan cara yang lebih rasional. L secara berlanjut mengendalikan bagian dari proses perubahan perilakunya dengan cara yang lebih wajar dan tepat. Kemampuannya untuk memusatkan diri pada perubahan perilakunya pun berangkat dari dasar yang mantap. Setelah P memerhatikan kesungguhan L untuk berubah sikap, mudah-mudahan P memberikan kesempatan bagi L untuk membicarakan kemungkinan perbaikan perkawinan mereka kembali.

Meski demikian, apakah P akan kembali kepadanya atau bahkan memilih untuk bercerai, akhirnya menjadi hal yang sekunder bagi L. Bravo...! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar