"SINGGAH KI DISINI ABSEN BOSS.....!!

"SINGGAH KI DISINI ABSEN BOSS.....!!

SEKRETARIAT ALUMNI UNIKA ATMAJAYA MAKASSAR

SEKRETARIAT ALUMNI UNIKA ATMAJAYA MAKASSAR

Minggu, 16 Januari 2011

LINTAS AGAMA DAN PEMUDA Inilah 9 Kebohongan Baru Pemerintah

LINTAS AGAMA DAN PEMUDA
Inilah 9 Kebohongan Baru Pemerintah
Senin, 10 Januari 2011 | 20:29 WIB
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
Kabinet Indonesia Bersatu
JAKARTA, KOMPAS.com —  Selain menyampaikan pernyataan terkait sembilan kebohongan lama pemerintah, tokoh-tokoh lintas agama dan pemuda juga membacakan sembilan kebohongan baru pemerintah yang terjadi sepanjang 2010. Hal itu disampaikan Senin (10/1/2011) di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.
Sembilan kebohongan baru pemerintah itu berkenaan dengan kebebasan beragama; kebebasan pers; perlindungan terhadap TKI-pekerja migran; transparansi pemerintahan, pemberantasan korupsi; pengusutan rekening mencurigakan (gendut) perwira polisi; politik yang bersih, santun, beretika; kasus mafia hukum yang salah satunya adalah kasus Gayus H Tambunan; dan terkait kedaulatan NKRI.
Salah seorang pemuda, Riza Damanik, menyampaikan, kebohongan pertama pemerintah adalah saat presiden berpidato pada 17 Agustus 2010 yang isinya menjunjung tinggi pluralisme, toleransi, dan kebebasan beragama. Padahal kenyataannya, janji tersebut tidak terpenuhi.
Sepanjang 2010 terjadi 33 penyerangan fisik atas nama agama. "Mantan Kapolri Bambang Hendarso Danuri mengatakan, 2009 terjadi 40 kasus kekerasan ormas, 2010 menjadi 49 kasus," katanya.
Kebohongan kedua, terkait kebebasan pers. Presiden menjanjikan jaminan terhadap kebebasan pers dan kepolisian berjanji akan menindak tegas setiap kasus kekerasan terhadap insan pers. "Namun, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers mencatat selama 2010 kasus kekerasan pers sebanyak 66 kasus meningkat dari 2009 yang 56 kasus," kata Riza.
Ketiga, kebohongan terkait perlindungan terhadap TKI atau pekerja migran. Presiden berjanji akan melengkapi TKI dengan telepon genggam agar tidak terjadi ketertutupan informasi, tetapi nyatanya, telpon genggam tidak juga diberikan dan memorandum untuk melindungi para TKI tidak juga dilakukan.
Keempat, terkait transparansi pemerintahan. Aktivis pemuda, Stefanus Gusma, membacakan, Presiden SBY menyatakan bahwa kepindahan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Bank Dunia adalah atas dasar permintaan Bank Dunia. Namun, di sebuah media nasional diungkapkan bahwa kepindahan Sri Mulyani sesungguhnya merupakan paksaan dari Presiden. Seorang pejabat Kementerian Keuangan mengatakan, Sri Mulyani tidak pernah berniat mengundurkan diri.
Kelima, lanjut Gusma, terkait pemberantasan korupsi. Presiden berkali-kali berjanji akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi di Indonesia. "Namun, riset ICW, dari pernyataan SBY yang mendukung korupsi, hanya 24 persen yang terlaksana," katanya.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, melanjutkan, kebohongan keenam pemerintah adalah pengusutan rekening gendut para pewira Polri. Presiden menginstruksikan jika ada pelanggaran hukum, yang terkait harus diberikan sanksi. Jika tidak, Kapolri harus menjelaskan kepada masyarakat.
Namun kenyataannya, kata Haris, sampai saat ini baik masalah rekening gendut maupun pelaku penganiayaan aktivis ICW Tama S Langkan masih misterius. "Bahkan 7 Agustus 2010 dan 29 Desember 2010 dua Kapolri mengatakan, kasus ini ditutup," katanya.
Kebohongan ketujuh, Presiden menjanjikan politik yang bersih, santun, dan beretika. Padahal kenyataannya, lanjut Haris, hingga kini, Andi Nurpati masih menjadi pengurus Partai Demokrat meskipun sudah diberhentikan tidak hormat oleh Dewan Kehormatan Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Andi Nurpati melanggar peraturan KPU," imbuhnya.
Kedelapan, lanjut aktivis ICW, Tama S Langkun, terkait kasus mafia hukum. Kapolri Jenderal Timur Pradopo berjanji menyelesaikan kasus pelesiran terdakwa mafia pajak Gayus H Tambunan dalam 10 hari. Tapi kenyataannya tidak ada keterangan pers tentang hal tersebut.
"Kapan Gayus keluar, pergi naik apa, dengan siapa, aktivitasnya, sekarang malah mencuat kasus baru, Gayus pelesir ke luar negeri," kata Tama.
Dan kesembilan, kebohongan pemerintah menyangkut kedaulatan NKRI. Pada 1 September di Mabes TNI Cilangkap Presiden menyampaikan bahwa perlakuan tidak patut terhadap tiga petugas KKP sedang diusut. Pemerintah Malaysia sedang menginvestigasi masalah tersebut. "Tapi sampai saat ini tidak pernah diumumkan penjelasan atau hasil investigas apa pun," pungkas Tama.
Penulis: Icha Rastika   |   Editor: Marcus SuprihadiDibaca : 47842

Paloh: Pemerintah Harus Berbenah

Paloh: Pemerintah Harus Berbenah
Laporan wartawan KOMPAS Wisnu Aji Dewabrata
Minggu, 16 Januari 2011 | 18:05 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Inisiator Nasional Demokrat, Surya Paloh memberikan pidato politik saat deklarasi organisasi massa tersebut di Istora Senayan Jakarta, Senin (01/02/2010). Nasional Demokrat merupakan organisasi dengan semangat pembaruan untuk restorasi Indonesia.
TERKAIT:
PALEMBANG, KOMPAS.com — Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh, Minggu (16/1/2011) di Palembang, Sumatera Selatan, mengatakan bahwa pemerintah harus secepatnya berbenah setelah pemuka agama menyatakan bahwa pemerintah berbohong.
"Pernyataan para pemuka agama adalah sebuah peringatan bagi pemerintah yang harus cepat ditanggapi," kata Surya Paloh setelah pelantikan pengurus Nasional Demokrat Sumatera Selatan di Palembang.
Ia menambahkan, para pemuka agama juga perlu mendoakan pemerintah agar segera melakukan pembenahan.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua Nasional Demokrat Sumsel Herman Deru yang juga Bupati Ogan Komering Ulu Timur, Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumsel sekaligus Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra, Wakil Wali Kota Palembang Romi Herton, dan Bupati Musi Banyuasin Pahri Azhari.
Pelantikan pengurus Nasional Demokrat Sumsel merupakan pelantikan ke-25 dari 33 provinsi di seluruh Indonesia.
Editor: A. WisnubrataDibaca : 2885

Hari Ini Presiden Bahas Kasus Gayus

Hari Ini Presiden Bahas Kasus Gayus
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra Liu
Senin, 17 Januari 2011 | 06:11 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Gayus Tambunan
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/1/2011) ini, guna membicarakan kasus terdakwa kasus pajak Gayus HP Tambunan.
Informasi itu disampaikan kepada Kompas.comoleh Biro Pers dan Media Massa Istana Presiden. Rapat ini disebut-sebut akan dihadiri oleh pihak Mabes Polisi, Kejaksaan Agung, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, hadir juga Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, Pusat Pelaporan dan Analisis Trasaksi Keuangan (PPATK), serta instansi lain di luar pemerintah.
Seperti diberitakan, rapat tersebut digelar Presiden setelah mendapatkan kritik karena dinilai tidak mampu berbuat banyak dalam kasus Gayus.
Namun, hal ini dibantah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto. Menko Polhukam mengatakan, Presiden selalu menginstruksikan agar penanganan kasus Gayus dituntaskan.
Editor: yuliDibaca : 1465

Banyak Berjalan, Diabetes Menjauh

Sabtu, 15 Januari 2011 | 09:02 WIB
Kompas.com - Berjalan kaki merupakan jenis olahraga aerobik yang diketahui baik untuk kebugaran dan kesehatan jantung. Olahraga murah meriah ini sebenarnya juga bisa dilakukan untuk Anda yang ingin menjauh dari penyakit diabetes melitus.
Sebuah penelitian untuk memetakan angka kejadian diabetes di Australia tahun 2000-2005 menemukan, makin banyak langkah kaki Anda berjalan, makin rendah risiko diabetes yang dihadapi. Penelitian itu dilakukan terhadap 592 orang berusia pertengahan hingga usia lanjut.
Di awal studi seluruh responden melakukan pemeriksaan kesehatan dan mengisi rincian gaya hidup yang dilakoni, mulai dari kebiasaan olahraga hingga pola makan. Partisipan studi ini kemudian diberi pedometer, alat untuk mengukur langkah kaki yang telah dilakukan dalam satu hari.
Penelitian yang berlangsung selama lima tahun ini menemukan mereka yang langkah kakinya paling banyak memiliki indeks massa tubuh lebih rendah, rasio pinggang dan paha lebh rendah serta sensitivitas insulin yang lebih baik. Bahkan jika faktor pola makan, kebiasaan merokok dan asupan alkohol juga disertakan.
Mereka yang memiliki gaya hidup kurang aktif dan mulai mengubah kebiasaannya hingga mencapai 10.000 langkah dalam sehari mengalami perbaikan sensitivitas insulin dibanding dengan mereka yang berjalan 3000 langkah dalam sehari, lima kali dalam seminggu.
Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adiposa. Jika sensitivitas insulin menurun akan terjadi resistensi insulin yang menyebabkan diabetes.
Sumber : Healthday News
Penulis: AN   |   Editor: Lusia Kus Anna   |  Dibaca : 1479
    Font: A A A

5 Tanda Tubuh Perlu Antibiotik

Jumat, 7 Januari 2011 | 10:46 WIB
KOMPAS.com  Sering kali ketika tubuh memberikan sinyal sakit seperti hidung tersumbat, batuk, atau tenggorokan sakit, kita langsung mencari si obat super, antibiotik.

Antibiotik memang sangat efektif membunuh bakteri (selama obatnya cocok dengan jenis bakterinya). Namun, 90 persen infeksi pernapasan, seperti flu, disebabkan oleh virus. Penyakit virus adalah penyakit yang sembuh sendiri dalam 5-7 hari.

"Kebanyakan infeksi saluran pernapasan atas disebabkan virus, hanya sedikit saja yang disebabkan bakteri. Bahkan hanya 2 persen dari infeksi sinus yang ditimbulkan bakteri dan perlu antibiotik," kata Lauri Hicks, Direktur Medis Center for Disease Control and Prevention.

Banyak kerugian yang dihadapi akibat pemakaian antibiotik berlebihan atau irasional. Yang paling utama adalah meningkatnya resistensi terhadap bakteri dan terbunuhnya kuman yang baik dan berguna di dalam tubuh. Tempat yang semula ditempati bakteri baik ini akan diisi bakteri jahat atau disebut bakteri super karena bakteri yang tidak terbunuh akan bermutasi menjadi kuman yang resisten. 

Kebanyakan infeksi bakteri memang memerlukan antibiotik. Sayangnya agak sulit membedakan infeksi virus dengan infeksi bakteri hanya berdasarkan gejalanya saja. Secara umum ini adalah lima indikasi kapan kita perlu antibiotik.

1. Demam
Apabila Anda mengalami demam, gemetar, dan menggigil, besar kemungkinan Anda terinfeksi bakteri. Tetapi, gejala ini juga sering diakibatkan oleh virus flu. Oleh karena itu, menurut Dr Frank Esper, ahli penyakit infeksi anak, jika di sekitar lingkungan Anda banyak yang sedang terjangkit flu, dokter tidak akan memberikan antibiotik.

2. Lamanya sakit
Infeksi virus yang berlangsung terlalu lama bisa berkembang menjadi serius dan mengundang bakteri, misalnya infeksi sinus. Indikasi pemberian antibiotik adalah jika batuk dan pilek sudah berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam dan pagi hari saja). 

3. Warna lendir hijau
Sekresi saluran napas akibat infeksi virus seharusnya encer dan bening. Jika cairan hidung sudah berwarna hijau dan kental, itu adalah tanda infeksi bakteri. Namun, sering kali perubahan warna dahak dan ingus menjadi kental dan kehijaun ini merupakan perjalanan klinis ISPA karena virus. Itu sebabnya, gejala ini bukan indikasi utama pemberian antibiotika.

4. Sakit tenggorokan
Meski tenggorokan berwarna merah dan nyeri saat menelan, dokter akan mencari tanda bercak putih sebagai petunjuk adanya bakteri sebelum meresepkan antibiotik. Kebanyakan gejala flu diawali dengan sakit tenggorokan, namun nyeri tenggorokan yang tidak diikuti dengan gejala flu lainnya bisa jadi tanda infeksi bakteri. 

5. Tes lab
Membawa contoh dahak atau cairan hidung ke laboratorium memang cara yang efektif untuk mengetahui ada-tidaknya bakteri. Namun, kultur bakteri ini membutuhkan waktu sedikitnya dua hari dan tentu saja memakan biaya. Oleh karena itu, biasanya dokter tidak meminta tes ini, kecuali Anda dicurigai terkena infeksi tifus.
Sumber : health
Penulis: AN   |   Editor: Lusia Kus Anna   |  Dibaca : 7624